Jumat, 09 Mei 2025
Home
Search
Menu
Share
More
abuamatillah pada Materi Khutbah
30 Apr 2025 21:14 - 3 menit reading

Makna Ibadah dan Macam-macamnya

(Khutbah Jum’at di Masjid Imam Muslim Paccerakkang, Makassar, 26 Syawal 1446H / 25 April 2025M)
Oleh: Anshari

Khutbah Pertama

إِنَّ الْحَمْدَ لِله، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِالله مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا، وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا الله، وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ، وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُمْ مُسْلِمُونَ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ، وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا، وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً، وَاتَّقُوا الله الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ، إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ، وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ.

Ma’asyiral Muslimin jama’ah Jum’at rahimani warahimakumullah

Kita bersyukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah dan terus-menerus mencurahkan nikmat dan karunianya kepada kita semua, sehingga tidak seorang pun yang pernah lepas dari curahan nikmat dan rahmat Allah Subhanahu Wata’ala, dan tidak seorang pun di antara kita yang mampu untuk menghitung-hitung nikmat-nikmat-Nya.

Shalawat dan salam kita kirimkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, keluarga, sahabat-sahabat dan pengikut beliau hingga akhir zaman.

Ma’asyiral Muslimin rahimani warahimakumullah.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Artinya:
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Surah adz-Dzariyaat, ayat 56)

Pada ayat ini, Allah Subhanahu Wata’ala menyebutkan hikmah dan tujuan diciptakannya seluruh jin dan manusia, yaitu untuk beribadah kepada Allah Subhanahu Wata’ala dengan mengesakan-Nya dalam hal ibadah. Dan makna ibadah, sebagaimana disebutkan oleh Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam kitabnya al-Ubudiyah:

اَلْعِبَادَةُ هِيَ: اِسْم جَامِع لِكُلِّ مَا يُحِبُّهُ اللهُ وَيَرْضَاهُ، مِنَ الْأَقْوَالِ وَالْأفْعَالِ الظَّاهِرَة وَالْبَاطِنَة

“Ibadah adalah satu nama yang mengumpulkan apa-apa yang dicintai dan diridhai oleh Allah, baik berupa ucapan maupun perbuatan, yang nampak maupun yang tersembunyi.”

Jadi, apa saja yang dicintai dan diridhai oleh Allah Subhanahu Wata’ala, maka itu adalah ibadah. Dan di antara ukuran bahwa sesuatu itu dicintai dan diridhai oleh Allah apabila:

Pertama, amalan tersebut diperintahkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala, seperti shalat, puasa, sedekah, dan lain sebagainya.

Kedua, apabila pelakunya dipuji oleh Allah Subhanahu Wata’ala, seperti nazar. Nazar hukum asalnya adalah makruh, bahkan sebagian ulama memandangnya haram. Namun, apabila seseorang sudah terlanjur bernazar dan itulah merupakan nazar ketaatan, maka dia wajib menunaikannya. Dan itu dipuji oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Sebagaimana dalam firman-Nya:

يُوفُونَ بِٱلنَّذْرِ وَيَخَافُونَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُۥ مُسْتَطِيرًا

Artinya:
“Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana.” (Surah al-Insan, ayat 7)

Ketiga, apabila sesuatu itu dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, baik itu dalam perbuatan, ucapan, atau persetujuan beliau shallallahu alaihi wasallam.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Kemudian, para ulama seperti al-Imam ash-Shan’aniy rahimahullah dalam kitab Taththiirul I’tiqad ‘an Adraanil Ilhad dan juga disebutkan dalam kitab Al-Qaulul Mufiid fii Adillatit Tauhiid menyebutkan  bahwa ibadah itu ada beberapa macamnya:

Pertama, Ibadah Hati (Ibadatun Qalbiyah atau Ibadatun I’tiqadiyah), yaitu meyakini bahwa Allah Subhanahu Wata’ala yang mencipta, memberi rezeki, menghidupkan, mematikan, dan mengatur segala sesuatu. Demikian juga meyakini bahwa hanya Allah Subhanahu Wata’ala yang berhak untuk disembah. Dan termasuk pula ibadah hati seperti tawakkal, rasa takut, cinta, harapan, dan lain sebagainya.

Kedua, Ibadah Lisan (Ibadatun Lafziyah), seperti mengucapkan dua kalimat syahadat, membaca Al-Qur’an, berzikir, beristigfar, dan lain sebagainya dari ibadah yang dapat dilakukan oleh lisan.

Ketiga, Ibadah Badan (Ibadatun Badaniyah), seperti berdiri, rukuk, sujud, thawaf, sa’i, dan lainnya yang dapat dilakukan oleh anggota badan.

Keempat, Ibadah Harta (Ibadatuh Maliyah), seperti mengeluarkan zakat, memberi nafkah kepada orang-orang yang ada di bawah tanggungan kita, bersedekah, dan lainnya.

Kelima, Ibadah dalam bentuk meninggalkan (Ibadatun Tarkiyah), yaitu meninggalkan sesuatu yang diharamkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala, seperti meninggalkan kesyirikan, bid’ah, khurafat, demikian juga meninggalkan hal-hal yang mengandung dosa dan pelanggaran.

أقول قولي هذا وأستغفر الله العظيم الجليل لي ولكم ولسائر المسلمين من كل ذنب، فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم

Khutbah Kedua

ألحمد لله ربّ العالمين حمدا كثيرا طيبا مبارکا فيه كما يحبُّ ربُّنا ويرضاه, وأشهد أن لا إلٰه إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أنّ محمدا عبده ورسوله صلّی الله عليه وسلم تسليما كثيرا. أما بعد

Masyiral Muslimin jama’ah Jum’at rahimakumullah.

Pada khutbah yang kedua ini, khatib ingin mengajak kepada seluruh jama’ah agar selalu menjaga dan mengikhlaskan ibadahnya hanya kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Dan ibadah tidak boleh berhenti hingga kematian datang menjemput kita. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

وَٱعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ ٱلْيَقِينُ

Artinya:
“Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” (Surah al-Hijr, ayat 99)

Maksudnya ialah teruslah beribadah kepada Rabbmu, istiqamahlah di atas ibadah itu selama engkau hidup sampai kematian menjemputmu. Kemudian, hendaknya juga kita juga beribadah sesuai dengan petunjuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Semoga Allah Subhanahu Wata’ala menjadikan kita sebagai yang terus istqamah, ikhalas, dan mencotoh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam ibadah kita. Dan semoga Allah Subhanahu Wata’la senantiasa menerima segala ibadah kita. Aamiin.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
 اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات
اللهم انصر اخواننا المسلمين المستضعفين فى فلسطين وفى بلاد الشام وفى كل مكان
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ